Untukmempertajam analisa dapat ditambah dengan perinsip 5 W + 1 H. 4. Pengamatan IV Pengamatan ini akan memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah peristiwa nyata untuk kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali data dengan alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan perristiwa tersebut. Jenis-Jenis Puisi Lama – Dalam materi mata pelajaran Bahasa Indonesia, pasti sering membahas mengenai puisi. Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang diminati oleh banyak orang. Karya sastra puisi tersebut telah berkembang dari zaman dahulu hingga sekarang. Maka dari itu, terdapat puisi lama dan puisi baru. Puisi lama umumnya diciptakan oleh nenek moyang untuk tujuan hiburan dan pasti mengandung nasihat bagi pembaca sekaligus pendengarnya. Puisi lama atau dapat juga disebut sebagai puisi rakyat tentu saja memiliki perbedaan dengan puisi baru. Lalu, apa saja ya jenis-jenis dari puisi lama itu? Bagaimana perbedaan dari puisi lama dengan puisi baru? Yuk simak penjelasan mengenai puisi lama berikut ini! Pengertian Puisi LamaCiri-Ciri Puisi LamaJenis Puisi Lama1. Pantun2. Syair3. Gurindam4. Karmina5. Talibun6. Seloka7. MantraKaidah Kebahasaan dalam Puisi Lama Puisi lama adalah jenis dari karya sastra puisi yang diciptakan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu. Dalam puisi lama biasanya terikat pada baris, bait, rima, irama, dan belum terpengaruh oleh budaya asing. Maka dari itu, penciptaan puisi lama akan terikat oleh berbagai aturan. Aturan-aturan tersebut adalah Terdapat persajakan atau rima. Rima adalah pengulangan bunyi yang terdapat dalam larik sajak. Jumlah kata dalam 1 baris. Jumlah baris dalam 1 bait. Bait adalah satu kesatuan puisi yang terdiri atas beberapa baris. Banyak suku kata dalam setiap barisnya. Adanya irama pergantian kesatuan bunyi. Penciptaan puisi lama biasanya dipengaruhi oleh adanya tradisi keagamaan dan kebudayaan tertentu. Sama halnya dengan karya sastra lain, puisi lama juga memuat pesan-pesan kehidupan yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengarnya. Ciri-Ciri Puisi Lama Anonim tidak diketahui siapa pengarangnya Disampaikan dari mulut ke mulut sastra lisan Terikat adanya aturan, mulai dari jumlah baris dalam setiap bait, jumlah suku kata, hingga rima Gaya bahasanya tetap statis dan klise Isinya fantastis dan bertema istana sentris Jenis Puisi Lama 1. Pantun Grameds pasti tahu apa itu pantun! Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, biasanya kita akan mendapatkan materi mengenai pantun dan penugasan membuat sebuah pantun dengan tema tertentu. Pantun adalah puisi lama yang mempunyai sajak a-b-a-b pada baitnya. Setiap bait terdiri atas 4 baris dengan setiap barisnya terdiri dari 8-12 suku kata. Pada 2 baris awal disebut dengan sampiran, sementara pada 2 baris akhir adalah isi. Jenis puisi lama tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan sebutan yang berbeda-beda. Di Jawa, masyarakat menyebutnya dengan parikan. Di Sunda, masyarakat menyebutnya dengan susualan. Sementara di Aceh, masyarakat menyebutnya dengan Rejong. Pantun dapat dikategorikan berdasarkan isinya, misalnya pantun anak-anak, pantun agama atau pantun nasihat, pantun jenaka, dan pantun muda-mudi. Nah, berikut adalah contoh dari pantun. Ada pepaya ada mentimun a Ada mangga ada salak b Daripada duduk melamun a Lebih baik membaca sajak b 2. Syair Kata “syair” ini berasal dari bahasa Arab, yakni “Syi’ir” yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian berkembang menjadi “Syi’ru” yang berarti “puisi dalam pengetahuan umum”. Jenis puisi lama ini berasal dari Persia yang kemudian dibawa ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Nusantara. Namun, seiring perkembangan, syair berubah menjadi sastra klasik Melayu, yang saat ini tengah mendekati kepunahan. Dalam sebuah syair, biasanya menggunakan sajak a-a-a-a dan berisikan mengenai nasihat atau cerita seorang tokoh besar. Syair biasanya diawali dengan beberapa kata yang klise, misalnya “Pada zaman dahulu kalaâ€Ķ”, ”Tersebutlah sebuah cerita mengenai negeri yang aman sentosaâ€Ķ”, dan lain-lain. 3. Gurindam Gurindam adalah jenis puisi lama yang pertama kali dibawa oleh orang Hindu sekaligus mendapat pengaruh dari sastra Hindu, kira-kira pada tahun 100 Masehi. Gurindam adalah salah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri atas dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama a-a-a-a. Sama halnya dengan jenis puisi lama lainnya, gurindam juga berisikan mengenai nasihat bagi pembaca atau pendengarnya. Contoh gurindam Kurang pikir kurang siasat a Tentu dirimu akan tersesat a Barang siapa tinggalkan sembahyang b Bagai rumah tiada bertiang b Jika suami tidak berhati lurus c Istri pun kelak akan kurus c 4. Karmina Karmina dapat disebut juga sebagai pantun kilat karena kurang lebih sama dengan pantun, tetapi lebih pendek. Karmina hanya mempunyai dua baris saja dan bersajak a-a. Baris pertama disebut dengan sampiran, dan baris kedua disebut dengan isi. Sebuah karmina memiliki ciri-ciri sebagai berikut Bersajak a-a, a-b Mengisahkan seorang pahlawan epik Mengandung dua hal yang bertentangan, yaitu rayuan dan perintah. Contoh karmina Sebab pulut santan binasa Sebab mulut badan binasa 5. Talibun Talibun merupakan pantun yang dalam setiap baitnya, terdiri atas jumlah baris yang genap, misalnya 6,8, atau 10 baris. Dalam sebuah talibun, terdapat ciri-ciri sebagai berikut Jumlah baris harus lebih dari 4 baris dan genap, misalnya 6, 8, atau 10 baris dalam setiap bait. Jika satu bait terdiri atas 6 baris, maka tiga baris awal adalah sampiran dan tiga baris akhir adalah isi. Apabila satu bait terdiri atas 6 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-a-b-c Apabila satu bait terdiri atas 8 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-d-a-b-c-d Contoh talibun Kalau anak pergi ke pekan a Yu beli belanak pun beli sampiran b Ikan panjang beli dahulu c Kalau anak pergi berjalan a Ibu cari sanak pun cari isi b Induk semang cari dahulu c 6. Seloka Seloka adalah salah satu jenis puisi lama yang hampir sama dengan pantun dan disebut juga dengan pantun berkait. Pada baitnya akan terdapat keterkaitan. Misalnya pada baris kedua bait pertama menjadi baris pertama bait kedua dan baris keempat bait pertama menjadi baris ketiga bait kedua. Meskipun begitu, akhiran bunyi atau rima haruslah sama. Contoh seloka Lurus jalan ke Payakumbuh Kayu jati bertimbal jalan Dimana hati tak akan rusuh Ibu mati bapak berjalan Kayu jati bertimbal jalan Turun angin patahlah dahan Ibu mati bapak berjalan Kemana untuk diserahkan 7. Mantra Mantra adalah salah satu karya sastra Melayu yang isinya dianggap memiliki kekuatan gaib. Kekuatan gaib ini disebut-sebut dapat menyembuhkan penyakit atau mendatangkan celaka bagi seseorang. Maka dari itu, untuk masyarakat Melayu, keberadaan mantra ini tidak hanya sekadar karya sastra saja tetapi juga berkaitan dengan adat kepercayaan. Mantra dapat juga disebut sebagai doa sakral yang mengandung kekuatan gaib dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempermudah dalam meraih sesuatu dengan jalan pintas. Meskipun begitu, mantra sejatinya adalah karya sastra lisan yang diciptakan oleh nenek moyang dan telah menjadi budaya Nusantara. Sebuah mantra umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut, Mempunyai rima a-b-c-a-b-c, a-b-c-d-a-b-c-d, a-b-c-d-e a-b-c-d-e Bersifat lisan Diyakini memiliki kekuatan sakti atau magis Terdapat perulangan Memiliki majas metafora Bersifat esoferik bahasa khusus antara pembicara dengan lawan bicara Misterius Lebih bebas dibandingkan puisi lama lainnya dalam suku kata, baris, dan sajak Contoh mantra Assalamualaikum putri satulung bersar Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu Kaidah Kebahasaan dalam Puisi Lama Dalam kaidah kebahasaan yang terdapat pada puisi lama umumnya adalah mengandung majas atau bahasa kiasan. Penggunaan majas ini diyakini dapat membuat baris dan bait dalam puisi lama menjadi lebih “hidup” dan merangsang pembaca. Jenis bahasa kiasan yang digunakan ada berbagai macam, yakni Metafora Alegori Perumpamaan Personifikasi Sinekdok Metonimia Perumpamaan epos Simile Selain itu, dalam puisi lama sering menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek estetis atau keindahan. Maka dari itu, pilihan kata dan rangkaian kata yang bergaya menjadi unsur penting dalam penciptaan sebuah puisi lama. Nah, itulah jenis, pengertian, ciri, contoh, dan kaidah kebahasan dari puisi lama. Sebagai generasi muda yang hidup di era digital seperti ini tidak lantas membuat kita melupakan keberadaan puisi lama. Justru, kita harus melestarikan keberadaan puisi lama sebagai karya sastra peninggalan nenek moyang karena mengandung banyak makna serta nasihat bagi kehidupan sehari-hari. Sumber Akmal. 2015. Kebudayaan Melayu Riau Pantun, Syair, Gurindam. Jurnal RISALAH, Vol 26 4. Humaeni, Ayatullah. 2014. Kepercayaan Kepada Kekuatan Gaib Dalam Mantra Masyarakat Muslim Banten. El Harakah, Vol 161. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Jakarta Humas LIPI. Biro Kerjasama, Hukum, dan Humas (BKHH) LIPI mengadakan Workshop persiapan keikutsertaan dalam ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) tahun 2021 secara virtual. Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 20 peserta dari 11 projek invensi pemenang National Young Inventors Award (NYIA) ke-13 tahun 2020. Workshop Persiapan IEYI 2021 ini
ArticlePDF AvailableAbstractRendahnya minat remaja pada pantun membuat pantun menjadi kurang populer di kalangan remaja saat ini. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan penulisan pantun kepada remaja di wilayah Keraton Kadriah Pontianak. Metode pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian ini yaitu workshop yang dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu persiapan, dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang ada. Tahap kedua, yaitu pelaksanaan program pelatihan dan pendampingan menulis pantun dan tahap ketiga yaitu evaluasi. Tahap evaluasi ini dilakukan untuk melihat ketercapaian target luaran pengabdian. Kegiatan pengabdian ini menghasilkan apresiasi karya sastra. Hal ini ditunjukkan dengan antusias siswa dalam menulis pantun budaya Melayu. Hasil akhir dari kegiatan pelatihan dan pendampingan ini menghasilkan buku kumpulan pantun yang merupakan kekayaan budaya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 281 PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENULISAN PANTUN SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN WARISAN BUDAYA MELAYU Fitri Wulansari1, Netti Yuniarti2, Try Hariadi3, Elva Sulastriana4, Muhammad Lahir5, Indriyana Uli6, Lizawati7, Sri Kusnita8, Herlina9 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Pontianak, Jalan Ampera No. 88 Pontianak 1e-mail fiwusa84 Abstrak Rendahnya minat remaja pada pantun membuat pantun menjadi kurang populer di kalangan remaja saat ini. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan penulisan pantun kepada remaja di wilayah Keraton Kadriah Pontianak. Metode pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian ini yaitu workshop yang dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu persiapan, dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang ada. Tahap kedua, yaitu pelaksanaan program pelatihan dan pendampingan menulis pantun dan tahap ketiga yaitu evaluasi. Tahap evaluasi ini dilakukan untuk melihat ketercapaian target luaran pengabdian. Kegiatan pengabdian ini menghasilkan apresiasi karya sastra. Hal ini ditunjukkan dengan antusias siswa dalam menulis pantun budaya Melayu. Hasil akhir dari kegiatan pelatihan dan pendampingan ini menghasilkan buku kumpulan pantun yang merupakan kekayaan budaya. Kata Kunci menulis, pantun, budaya, pelestarian, sastra Abstract The low interest of teenagers in rhymes makes rhymes less popular among teenagers today. This service activity aims to provide training and assistance in writing rhymes by participants in the Pontianak Kadriah Palace area. The implementation method in this service activity is a workshop which is carried out in three stages. The first stage is preparation, carried out by analyzing the existing problems. The second stage is the implementation of the training program and mentoring in writing poetry and the third stage is evaluation. This evaluation stage is carried out to see the achievement of the service output target. This service activity results in an appreciation of literary works. This is shown by the enthusiasm of students in writing Malay cultural rhymes. The end result of this training and mentoring activity resulted in a collection of pantun books which are cultural treasures. Keywords writing, poetry, culture, preservation, literature PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan potensi sosialnya dan kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan merupakan keseluruhan susunan pikiran, kegiatan, dan manifestasi manusia berkenaan dengan kehidupan daerah setempat yang dijadikan manusia melalui sistem pembelajaran Haninda, 2020. Budaya mengandung makna yang dimanfaatkan sebagai karakter. Salah satu jenis GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 282 budaya yang terdapat di Indonesia adalah budaya Melayu. Kebudayaan Melayu sendiri memiliki salah satu budaya sastra. Sastra adalah salah satu mahakarya yang menggarisbawahi imajinasi inventif, terutama dalam perspektif gaya dan kreatif. Hakikat sebuah karya ilmiah umumnya ditentukan oleh kemampuan merangkai kata-kata atau keahlian bahasa sebagai kata-kata indah dari pernyataan jiwa penulisnya. Sebuah karya sastra yang mengandung nilai estetik dapat membuat para ahli keilmuwan lebih energik dan meneliti lebih jauh. Selain itu, pencipta juga dapat memperkenalkannya dengan gaya bahasa yang baru dan menarik. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa di Indonesia. Taslim 2007 mengungkapkan bahwa kesopanan bahasa dan ketertiban berkomunikasi menjadi poin penting dalam konteks budaya tradisional berupa pantun. Kebudayaan Melayu memang sering disebut sebagai asal muasal pantun dan pusat pengembangan puisi lama. Penyebarannya mengikuti dinamika perdagangan di sepanjang abad ke-14 hingga abad ke-17 di semenanjung Malaka, bahkan meluas hampir meliputi seluruh wilayah nusantara yang kala itu menggunakan bahasa Melayu Haninda, 2020. Pantun merupakan karangan terikat pada aturan persajakan di mana pantun memiliki kekhasan tertentu Man, 2013. Pantun terdiri dari sampiran dan isi. Sampiran berperan sebagai pembayang bagi maksud yang ingin disampaikan, sedangkan isi berperan sebagai makna atau gagasan yang ingin dinyatakan. Biasanya pantun terdiri dari empat baris ketika disusun, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, sajak menjelang akhir dengan desain a-b-a-b dan a-a-a-a. Dua baris awal sebagai sampiran dan dua baris terakhir sebagai isi. Sebagaimana ditunjukkan oleh Maulina 2012 kemampuan sampiran sebagian besar adalah untuk menyiapkan ritme dan irama agar lebih mudah bagi pendengar untuk memahami isi pantun. Sebagaimana ditunjukkan oleh Andriani 2012 pantun adalah jenis syair yang paling dikenal luas dalam tulisan Melayu. Menurut jenisnya, pantun dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda atau Intengible Cultural Heritage karena bentuk tradisinya yang berupa lisan Haninda 2020. Nilai strategi dalam budaya pantun, Tenas Efendy selaku sastrawan Melayu Riau menyatakan bahwasanya, pantun menunjukkan nilai luhur, GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 283 agama dan sosial yang dianut masyarakat Adriani, 2012. Pantun begitu mencirikan nilai-nilai kesantunan dan kearifan, yang menegaskan budaya Nasional Indonesia yang sangat ramah dan terbuka. Nilai-nilai yang terdapat di dalam pantun sangat menggambarkan ciri khas masyarakat Indonesia yang memegang teguh sifat-sifat luhur. Pantun turut memberikan kontribusi terhadap kelembutan bahasa Nasional yakni Bahasa Indonesia dalam praktik pemakaiannya. Keistimewaan dalam pantun juga turut menyumbangkan nilai-nilainya terhadap perkembangan sastra di dunia. Tanpa disadari, pantun telah menembus batasan-batasan lokalitas dengan banyaknya peneliti di dunia yang tertarik dan terinspirasi terhadap pantun. Keberadaan pantun sebagai warisan budaya memberi sumbangan pemikiran terhadap masyarakat internasional mengenai pemahaman pentingnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, maupun antara manusia dengan alam semesta. Pantun merupakan kepribadian diri dalam keberadaan kelompok masyarakat Melayu, meliputi gagasan renungan dan perasaan, cara pandang terhadap kehidupan dan keyakinan, serta adat istiadat Arman, 2014. Pantun dalam masyarakat Melayu juga mengandung kelebihan berupa nasehat dan petuah yang kental dan runcing dengan bahasa dan kondisi yang sangat baik dengan kepentingan dan citra Akmal, 2015. Pantun tidak dapat dibedakan dengan budaya Melayu, mengingat pantun merupakan salah satu adat istiadat yang masih dilindungi dan dimanfaatkan dalam masyarakat Melayu. Hal ini sangat mirip dengan kelompok masyarakat Melayu Pontianak. Pelatihan dan pendampingan menulis pantun ini dilakukan di kawasan Keraton Kadariah Pontianak yang beralamatkan di Jalan Tanjung Raya 1, Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Pantun tidak terlalu dikenal di kalangan masyarakat, khususnya para pemuda Melayu Pontianak. Rendahnya minat terhadap berpantun menjadi faktor utama remaja tidak terlibat di dalamnya untuk menghasilkan suatu pantun. Padahal hampir semua acara dan kegiatan umumnya selalu disisipi pantun, seperti acara pertunangan, pernikahan, keagamaan, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Andriani 2012 menyatakan bahwa pantun digunakan untuk melengkapi pembicaraan yang biasanya dipakai oleh pemuka adat GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 284 dan tokoh masyarakat dalam pidato, upacara adat, pementasan budaya dan kegiatan sehari hari lainnya. Hal inilah yang mendasari tim pengabdian melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pembinaan kepada masyarakat Melayu khsusnya remaja terhadap pelatihan dan pembinaan menulis pantun. Pelatihan dan pendampingan menulis pantun menekankan pada kapasitas untuk menumbuhkan pengetahuan bahasa lokal budaya Melayu itu sendiri. Tak hanya itu, pelatihan dan pembinaan menulis pantun ini diandalkan untuk bisa memunculkan potensi inovatif yang membutuhkan konsep sederhana dalam bentuk tulisan. Demikian pula, pengembangan karakter dan kepribadian masyarakat Melayu juga diharapkan muncul melalui pelatihan dan pembinaan dalam menulis pantun ini. Perlu adanya pelatihan dan pendampingan yang intensif agar pantun yang dihasilkan dapat lebih maksimal dan bermanfaat. METODE Pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat dilaksanakan di wilayah Keraton Kadriah Pontianak yang terletak di Jalan Tanjung Raya 1, Dalam Bugis, Kawasan Pontianak Timur. Tim pelaksana dari kegiatan ini adalah para tenaga pengajar dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak yang berjumlah 4 orang dan 15 orang peserta pemuda Melayu Pontianak. Kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap persiapan dilakukan investigasi terhadap permasalahan yang ditemukan di lapangan. Pengkajian masalah tersebut diangkat melalui persepsi dari hasil berdiskusi langsung dengan para remaja di sekitar ruang kediaman Kerajaan Kadariah Pontianak. Korespondensi langsung melalui pertemuan untuk memutuskan pentingnya masalah dan pengaturan yang akan diberikan kepada kaum muda di Kawasan Keraton Kadariah. Pada tahap pelaksanaan program dilakukan kegiatan yaitu 1 dasar pelaksanaan latihan dimulai dengan selesainya administrasi untuk mempersiapkan anggota dan bimbingan termasuk pendaftaran anggota yang akan berpartisipasi dalam persiapan; 2 memberikan materi pemahaman tentang pantun dari narasumber kepada anggota; 3 bantuan penulisan sajak virtual untuk GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 285 anggota; 4 latihan rekreasi membuat pantun dengan mata pelajaran yang berbeda untuk setiap anggota; dan 5 mendistribusikan berbagai pantun dari anggota. Tahap evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan yang bertujuan untuk melihat interaksi pelaksanaan, pengaturan yang diberikan, hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan, dan pencapaian target hasil pengabdian kepada masyarakat. Instrumen yang digunakan saat proses evaluasi yaitu pedoman wawancara. Pada tahap evaluasi juga diyakini akan ada manfaat bagi kelompok pelaksana, daerah setempat, dan khususnya remaja di wilayah kediaman Keraton Kadariah Pontianak. Hasil dari pelatihan dan pengabdian ini menghasilkan buku kumpulan pantun yang merupakan kekayaan budaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Kegiatan Kegiatan persiapan dilakukan dengan meminta izin mengadakan kegiatan pengabdian di Keraton Kadariah Pontianak. Melakukan investigasi awal dengan mewawancarai remaja apakah mereka menyukai pantun atau tidak, apakah mereka tahu mengenai pantun dan bagaimana cara pembuatan pantun. Hasil investigasi menunjukkan bahwa sebaian besar remaja tidak banyak tahu mengenai pantun. Padahal di wilayah Keraton Kadriah Pontianak wajib mengenai pantun karena di daerah tersebut masih menggunakan pantun dalam kegiatan seperti perkawinan, Maulud Nabi, penyambutan tamu dan kegiatan lainnya, sehingga penting bagi kaum remaja untuk mempelajari mengenai pantun budaya Melayu ini. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan pelatihan dan pendampingan menulis pantun dilakukan secara tatap muka yang dihadiri oleh 15 peserta remaja di kawasan Keraton Kadriyah Pontianak. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi oleh narasumber terkait pantun khususnya pantun Melayu Pontianak Gambar 1. Penyampaian materi ini juga dilengkapi dengan pemberian contoh dalam membuat pantun dan bagaimana membacakan pantun. Narsumber membimbing peserta pada tujuan dan topik diskusi, dengan cara merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal pelatihan, memperjelas konsep pantun untuk menghindari kesalahpahaman dalam GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 286 memahami pantun, memberikan kesempatan peserta untuk berpartisipasi, dilakukan dengan cara memancing pertanyaan peserta yang enggan berpartipasi, memberikan kesempatan siswa yang belum bertanya atau hanya diam dan memberikan berbagai contoh pantun yang dapat manarik perhatian peserta sehingga peserta dapat memahami materi yang telah disampaikan. Gambar 1 Penyampaian Materi Pantun oleh Narasumber Kegiatan selanjutnya pelatihan dan pembimbingan peserta dalam membuat pantun. Pada pelatihan dan pendampingan penulisan pantun, tutor membimbing peserta untuk dapat memahami konsep pantun dan jenis-jenis pantun, melibatkan peserta untuk berpikir kreatif dalam membuat pantun Gambar 2. Gambar 2 Pembimbingan Penulisan Pantun Penulisan pantun yang dibuat peserta yaitu pantun dengan menyajikan dan mengisahkan tentang kebudayaan Melayu, berbagai icon kota Pontianak, kuliner, tempat wisata, Sungai Kapuas, cerita Melayu Pontianak, Tugu Khatulistiwa dan sebagainya. Pada saat kegiatan dilaksanakan terlihat bahwa antusias peserta selama pelatihan dan pendampingan penulisan pantun sangat tinggi dan GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 287 bersemangat dalam menyajikan tulisannya dengan menggunakan gaya bahasa yang unik dan menarik. Evaluasi Kegiatan Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat ketercapaian target luaran kegiatan, proses pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan serta solusi yang dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan diketahui bahwa seluruh peserta telah mampu membuat pantun Gambar 3. Remaja dapat lebih mengetahui sastra lisan dan mengetahui bagaimana cara pembuatan pantun yang benar. Pelatihan dan pendampingan menulis pantun memunculkan potensi kreatif yang terdapat pada diri remaja dalam bentuk tulisan serta pembentukan kepribadian maupun karakter budaya masyarakat Melayu, pantun sebagai identitas budaya Melayu Adriani, 2012. Hasil karya pantun semua peserta kemudian dijadikan dalam sebuah buku sastra pantun. Gambar 3 Contoh Hasil Pantun Remaja Melayu Namun berdasarkan hasil karya pantun peserta, terlihat dalam pemilihan kosakata maupun gaya bahasa antara penulisan sampiran dan isi dalam menulis sebuah pantun belum maksimal. Selain itu, terdapat hasil pantun yang tidak sesuai dengan tema yang disepakati. Hal ini dikarenakan kebanyakan remaja terdiri dari remaja pondok pesantren dan keterbatasannya waktu yang disediakan untuk pelatihan dan pendampingan. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengabdian lanjutan yang dapat mengembangkan kreativitas masyarakat Melayu dalam membuat pantun sehingga dapat melestarikan budaya Melayu Pontianak. SIMPULAN Pelatihan dan pendampingan penulisan pantun sebagai upaya pelestarian budaya Melayu di wilayah Keraton Kadriah Pontianak dapat dilaksanakan sesuai GERVASI Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6, No. 2, Agustus 2022 ISSN 2598-6147 Cetak ISSN 2598-6155 Online 288 dengan yang direncanakan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun sebelumnya dan pelaksanaan tersebut berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari setelah diberikan pelatihan dan pendampingan menulis pantun kepada peserta, mereka akhirnya memiliki semangat yang tinggi menulis pantun sejak dini sebagai wujud pemertahanan cinta dengan warisan budaya yang dimiliki. Peserta mengembangkan kecerdasan bahasa lokal dalam budaya Melayu, peserta memunculkan potensi kreatif yang ada pada dirinya dalam bentuk tulisan berkarakter budaya Melayu. Hasil karya sastra ataupun pantun yang telah dikumpulkan dari pelatihan dan pendampingan ini menghasilkan buku kumpulan pantun yang merupakan kekayaan budaya. Kendala-kendala yang muncul pada proses pelatihan dan pendampingan penulisan pantun di wilayah Keraton Kadriah Pontianak yaitu belum maksimalnya dalam pemilihan kosakata maupun gaya bahasa antara penulisan bagian sampiran dan bagian isi dalam sebuah pantun, hal ini juga disebabkan keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan hingga penyampaian materi terhitung singkat. DAFTAR PUSTAKA Adriani, T. 2012. Pantun dalam kehidupan Melayu pendekatan historisdan antropologis. Jurnal Sosial Budaya, 92, 195-211. Akmal. 2015. Kebudayaan Melayu riau pantun, syair, dan gurindam. Jurnal Risalah, 264, 159-165. Arman, D. 2014. Pantun sebagai identitas diri orang Melayu. Indonesia Platform Kebudayaan, Kemendikbud. Haninda, F. 2020. Upaya indonesia terhadap unesco dalam menjadikan pantun sebagai warisan budaya dunia. JOM FISIP. 72, 1-12. Man, S. H. C. 2013. Kelestarian pantun rencah dan leluhur bangsa dulu, kini dan selamanya. International Journal of the Malay World and Civilisation Iman, 11, 75-81. Maulina, D. E. 2012. Keanekaragaman pantun di indonesia. Semantik, STKIP Siliwangi Jurnal, 11, 107-121. Taslim, N. 2007. Pantun dan pembudayaan bangsa. Dewan Sastera. Ogos 81-84. Pangesti, M. D. 2014. Buku pintar pantun; pribahasa indonesia. Jakarta Pustaka Nusantara Indonesia. Sung, C. M., & bin Hussein, M. Z. 2020. Fungsi pantun Melayu tradisional dilihat dari perspektif budaya dan alam pemikiran masyarakat Melayu. Puitika, 161, 1-28. ... Slide presentasi diawali dengan pengantar terkait dengan pantun sebagai sastra lisan. Disampaikan bahwa pantun merupakan warisan budaya yang dapat Koordinasi dengan mitra Identifikasi kebutuhan Persiapan materi Pelaksanaan kegiatan Evaluasi kegiatan digunakan sebagai instrument panduan moral yang menekankan keseimbangan dan harmoni hubungan antar manusia Susanti & Darmansyah, 2022;Wardana & Abdul Wachid, 2021;Wulansari et al., 2022. Hal ini yang menjadi awal topik diskusi yang dilakukan. ...Audi YundayaniAgus SulaemanFrimadhona SyafriFiki AlghadariKajian sastra lisan Indonesia, seperti pantun, memiliki daya tarik bagi mahasiswa asing pembelajar bahasa Indonesia. Pantun merupakan karya sastra yang terikat dengan aturan yang diucapkan oleh masyarakat tempo dulu secara lisan, berkembang menjadi bagian dari cara berkomunikasi, serta industri hiburan. Hal ini yang menjadi dasar munculnya kegiatan diskusi terkait perkembangan pantun Indonesia sebagai salah satu pilihan dalam fokus penelitian. Tujuan kegiatannya untuk menyajikan pilihan-pilihan topik penelitian terkait dengan pantun sebagai bagian dari sastra lisan kepada mahasiswa pascasarjana, program studi bahasa dan penerjemahan, konsentrasi sastra Indonesia di sebuah perguruan tinggi asing di Korea Selatan. Hasil dari kegiatan ini adalah pemahaman mahasiswa tentang potensi pantun Indonesia sebagai sebuah topik penelitian. Yang juga menarik adalah mereka menyadari bahwa pantun berevolusi dan tidak lagi dilihat hanya menjadi bagian dari sastra lisan saja tetapi beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Hal ini yang kemudian ditunjukkan dengan digunakannya pantun di berbagai acara menyesuaikan dengan tujuan, situasi, serta kondisi. Temuan ini juga yang akhirnya dibandingkan dengan perkembangan sastra lisan di Korea yang peserta tampilkan. Dengan sikap yang baik, peserta aktif terlibat dalam diskusi yang menarik. Kegiatan diskusi ini perlu dilanjutkan dalam beragam bentuk apakah kuliah tamu atau diskusi kelompok terarah sehingga meluaskan informasi perkembangan sastra Indonesia pada Min SungMat Zaid Bin HusseinPantun is a group of rhymed verses that support the beauty and finesse, which embody a strong and influential idea. Traditional Malay pantun works in almost every activity of the life of the Malay community, including expressing the values and culture of a tradition, questions of love and affection, concepts of humour as well as religious values. It also serves to convey the ideas and thoughts of its speakers and reflect the lives of its creator. In the creation of Malay pantun, all the experiences, views and philosophies of life conveyed in it use the nature background as a hint or meaning. The use of such elements reflects the intimate and bonded connection of the Malay community with the elements of nature around them. The creation of pantun often uses words related to the elements of nature that are present in the environment of the Malay community, especially in the form of symbolism or those imagining a variety of symbolic images that can exemplify the aesthetic value besides the meaning and profound message. The privileges and strengths of the Malay pantun can be seen in the use of certain symbols chosen based on the perception and worldview of the life of the Malay community and on the semantic relationship between hint and meaning. Keywords Malay pantun, Malay community, function of pantun, nature backgroundPantun dalam kehidupan Melayu pendekatan historisdan antropologisT AdrianiAdriani, T. 2012. Pantun dalam kehidupan Melayu pendekatan historisdan antropologis. Jurnal Sosial Budaya, 92, Melayu riau pantun, syair, dan gurindamAkmalAkmal. 2015. Kebudayaan Melayu riau pantun, syair, dan gurindam. Jurnal Risalah, 264, indonesia terhadap unesco dalam menjadikan pantun sebagai warisan budaya duniaF HanindaHaninda, F. 2020. Upaya indonesia terhadap unesco dalam menjadikan pantun sebagai warisan budaya dunia. JOM FISIP. 72, pantun rencah dan leluhur bangsa dulu, kini dan selamanyaS H C ManMan, S. H. C. 2013. Kelestarian pantun rencah dan leluhur bangsa dulu, kini dan selamanya. International Journal of the Malay World and Civilisation Iman, 11, pantun di indonesia. SemantikD E MaulinaMaulina, D. E. 2012. Keanekaragaman pantun di indonesia. Semantik, STKIP Siliwangi Jurnal, 11, dan pembudayaan bangsa. Dewan SasteraN TaslimTaslim, N. 2007. Pantun dan pembudayaan bangsa. Dewan Sastera. Ogos pintar pantun; pribahasa indonesiaM D PangestiPangesti, M. D. 2014. Buku pintar pantun; pribahasa indonesia. Jakarta Pustaka Nusantara Indonesia.
1 Penyebab seorang siswa SMA Kolese Gonzaga, BB, tidak naik kelas hingga membuat ibunya, Yustina Supatmi, menggugat sekolah ke pengadilan perlahan mulai terungkap. 2) Berdasarkan penuturan Yustina ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta, anaknya tidak naik kelas lantaran persoalan perilaku. 3) BB ketahuan merokok saat kegiatan sekolah dan makan di kelas. Karya ilmiah adalah laporan tertulis yang dibuat dengan prinsip-prinsip ilmiah menggunakan metode yang berdasarkan cara berpikir yang sistematis dan logis. Struktur karya ilmiah meliputi pendahuluan, isi atau pembahasan, dan penutup. Bagian pendahuluan dalam karya ilmiah meliputi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, dan tujuan. Latar belakang dalam karya ilmiah adalah penjelasan berupa uraian paragraf yang berisi alasan mengapa karya ilmiah dibuat. Karya ilmiah dengan tema kaidah penulisan pantun sebagai puisi lama di kalangan para remaja dilatarbelakangi fenomena banyak remaja yang menggandrungi acara "Berbalas Pantun" di televisi, banyak lagu-lagu yang tengah digandrungi para remaja yang ternyata syairnya berbentuk pantun, keprihatinan penulis dengan para remaja yang tidak mengenal lagi pantun, dan keprihatinan penulis dengan banyak kesalahan dalam penulisan pantun. Penulis bermaksud untuk mengkaji dan meneliti kaidah penulisan pantun di kalangan para remaja berdasarkan fenomena-fenomena di atas. Dengan demikian, latar belakang berikut ini yang tidak sesuai dengan tema karya tulis tersebut adalah banyak dijumpai pantun baru hasil ciptaan para remaja yang menarik. Oleh karena itu, jawaban yang benar adalah D. Budaya konsumerisme di kalangan remaja." Jika kita mengutip halaman 104 dari buku tersebut, penulisan catatan kaki yang tepat adalah answer choices . Andy F. Noya, Andy's Corner, Yogyakarta, Bentang, 2009, hlm. 104. "Kaidah penulisan pantun sebagai puisi lama di kalangan para remaja." āđ‚āļˆāļ—āļĒāđŒāļ›āļąāļāļŦāļē10th-13th gradeBahasa Indonesiaāļ™āļąāļāđ€āļĢāļĩāļĒāļ™Qanda teacher - sifa0Pengembangan pantun sebagai sarana prasarana karya tulis perlu dikembangkan pada remaja. Dalam menulis pun kaidah penulisan juga perlu diperhatikan, sehingga karya tulis pantun sebagai puisi lama cukup dilestarikan. Dalam hal ini penting bagi kita untuk mewariskan pantun sebagai amanat atau cagar budaya yang perlu dilestarikan. Agar remaja tau bagaimana indahnya dalam melakukan puisi kataāļĒāļąāļ‡āđ„āļĄāđˆāđ€āļ‚āđ‰āļēāđƒāļˆāđƒāļŠāđˆāđ„āļŦāļĄ?āļĨāļ­āļ‡āļ–āļēāļĄāļ„āļģāļ–āļēāļĄāļāļąāļšāļ„āļļāļ“āļ„āļĢāļđ QANDA! . 413 293 175 285 5 11 386 94

kaidah penulisan pantun sebagai puisi lama di kalangan para remaja