SoalDatu Guwat, perempuan Tionghoa, yang diperistri Datu Kelampayan dan kemudian melahirkan banyak ulama besar, salah satunya Mufti Jamaluddin, sudah tidak menjadi perdebatan. Catatan kedua belah pihak, dan bahkan catatan sejarah sudah banyak menuliskannya, bahkan Datu Guwat adalah seorang Tionghoa.
ï»żBANJARMASIN - Nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau dikenal sebagai Datu Kelampayan menempati hati masyarakat Kalimantan dan Indoensia sebagai ulama besar dan pengembang ilmu pengetahuan dan agama. Belum ada tokoh yang mengalahkan kepopulerannya. Karya-karyanya hinga kini tetap dibaca orang di masjid dan disebut-sebut sebagai kitabnya Sabilal Muhtadin diabadikan untuk nama Masjid Agung Banjarmasin. Nama kitabnya yang lain Tuhfatur Raghibin juga diabadikan untuk sebuah masjid yang tak jauh dari makan Syaikh Arsyad. Tak hanya itu, hampir seluruh ulama di Banjarmasin masih memiliki tautan dengannya. Baik sebagai keturunan atau muridnya. Sebut saja nama almarhum KH Zaini Abdul Ghani, yang dikenal dengan nama Guru Sekumpul itu adalah keturunan Syekh Muhammad Arsyad. Hampir semua ulama di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Malaysia, pernah menimba ilmu dari syaikh atau dari murid-murid yang memiliki nama lengkap Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah Abu Bakar Al-Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah Syaikh bin Sayid Abdullah Al-âAidrus bin Sayid Abu Bakar As-Sakran bin Saiyid Abdur Rahman As-Saqaf bin Sayid Muhammad Maula Dawilah Al-âAidrus. Silsilahnya kemudian sampai pada Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah. Dengan demikian Syaikh Arsyad masih memiliki darah keturunan tercatat sebagai pemimpin peperangan melawan Portugis, kemudian ikut melawan Belanda lalu melarikan diri bersama isterinya ke Lok Gabang Martapura. Dalam riwayat lain menyebut bahwa apakah Sayid Abu Bakar As-Sakran atau Sayid Abu Bakar bin Sayid `Abdullah Al-âAidrus yang dikatakan berasal dari Palembang itu kemudian pindah ke Johor, dan lalu pindah ke Brunei Darussalam, Sabah, dan Kepulauan Sulu, yang kemudian memiliki keturunan kalangan sultan di daerah itu. Yang jelas, para sultan itu masih memiliki tali temali hubungan dengan Syekh Muhammad Arsyad yang berinduk ke Hadramaut, Yaman. Bapaknya Abdullah merupakan seorang pemuda yang dikasihi sultan Sultan Hamidullah atau Tahmidullah bin Sultan Tahlilullah 1700-1734 M.Bapaknya bukan asal orang Banjar, tetapi datang dari India mengembara untuk menyebarkan Dakwah, ia seorang ahli seni ukiran kayu. Semasa ibunya hamil, kedua ibu bapaknya sering berdoa agar dapat melahirkan anak yang alim dan zuhud. Setelah lahir, orangtuanya mendidik dengan penuh kasih sayang setelah mendapat anak sulung yang dinanti-nanti ini. Beliau dididik dengan dendangan Asmaul-Husna, disamping berdoa kepada Allah. Setelah itu diberikan pendidikan Alquran kepadanya. Kemudian barulah menyusul kelahiran adik-adiknya yaitu; Abidin, Zainal abidin, Nurmein, Nurul Muhammad Arsyad lahir di Banjarmasin pada hari Kamis dinihari, pukul waktu sahur, 15 Safar 1122 H atau 17 Maret 1710 M.
MaulanaSyekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Syaikh Muhammad Arsyad bin âAbdullÄh bin Abu Bakar al-Banjari rahimahullah, yg lahir di Lok Gabang, 17 Maret 1710 M dan meninggal di Dalam Pagar, 3 Oktober 1812 M, pada umur 102 tahun, adalah ulama besar fiqih bermazhab Syafiâi yg berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar, Kesultanan Banjar
MARTAPURA - Pemerintah Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan Kalsel melalui Satgas Penanganan Covid-19 akan membuka obyek wisata religi Datu Kalampayan. Rencana itu diungkap Wakil Ketua IV Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banjar yang juga Sekretaris Daerah Kabupaten Banjar, H Mokhamad Hilman, di Mahligai Sultan Adam, Kota Martapura, Kamis 24/3/2022. Hilman mengaku pembukaan wisata religi Datu Kalampayan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Desa Kalampayan, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar hanya menunggu surat jawaban dari Ketu Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banjar. Surat jawaban itu atas surat permohonan dari sejumlah organisasi kemasyarakatan, institusi wakil rakyat dan organisasi Zurriyat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari sudah dibahas Satgas Penanganan Covid-19, awal pekan tadi. Baca juga Zuriat Datu Kelampayan Berharap Satgas Covid-19 Kabupaten Banjar Beri Izin Buka Wisata Religi Baca juga Tanah di Bawah Tempat Tidur Datu Kelampayan Kalsel Dibawa ke IKN Nusantara Menurut Hilman, pembukaan wisata religi Datu Kalampayan tetap mengacu kepada surat edaran Mendagri RI tentang penetapan level PPKM di daerah Kabupaten Banjar. "Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi pengelola dan pengunjung wisata religi Datu Kalampayan," katanya. Sementara, pembukaan wisata religi Sajadah Sekumpul, Hilman mengaku belum dapat memberikan jawaban. Itu karena belum dibahas dalam rapat Satgas Penanganan Covid-19. Baca juga Datu Kelampayan dari Kalsel Akan Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional Pembukaan wisata religi Datu Kalampayan tidak lepas dari monitoring dan pengawasan Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banjar. Tujuan monitoring dan evaluasi selama pembukaan ataupun kegiatan di kawasan wisata religi Datu Kalampayan dapat memutus mata rantai Covid 19. Mukhtar Wahid
EceranRp 2.000. www.metrobanjar.co. 16 Halaman. Langganan Rp 55.000. RABU. 22 JULI 2015. NO 5.422 TAHUN XV ISSN 0215-2987. Jemaah Disuguhi Daging Sapi Perancis Q Seluruh Zuriah Hadiri Haul Ke-209
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Informasi pribadi LahirSyekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari17 Maret 1710 umur 102Kesultanan Banjar, Kalimantan Meninggal13 Oktober 1812Kesultanan Banjar, Kalimantan KebangsaanBanjar Suami/istri1. Ratu Aminah binti P. Thaha bin Sultan Tamjidillah 1[1] 2. Bidur3. Bajut4. Lipur5. Dayi6. Liyyuhi7. Markidah8. Darmanik9. Palung10. Turiyah11. Go Hwat Nio Guwat[2][3] AgamaIslam 1Silsilah keturunan 2Riwayat kecil dan menuntut ilmu di Mekkah anak arah kiblat masjid di kampung halaman 3Hubungan dengan Kesultanan Banjar 4Pengajaran dan bermasyarakat 5Karya-karyanya 6Lihat pula 7Referensi 8Bacaan lanjutan 9Pranala luar Silsilah keturunan[sunting sunting sumber] Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Tuan Penghulu Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar datuk seluruh keluarga Al Aidrus bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin binMuhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shamaâah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Jaâfar As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Muâminin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.[6][8][9] Riwayat[sunting sunting sumber] Masa kecil[sunting sunting sumber] Sejak dilahirkan, Muhammad Arsyad melewatkan masa kecil di desa kelahirannya Lok Gabang, Martapura. Sebagaimana anak-anak pada umumnya, Muhammad Arsyad bergaul dan bermain dengan teman-temannya. Namun pada diri Muhammad Arsyad sudah terlihat kecerdasannya melebihi dari teman-temannya. Begitu pula akhlak budi pekertinya yang halus dan sangat menyukai keindahan. Di antara kepandaiannya adalah seni melukis dan seni tulis. Sehingga siapa saja yang melihat hasil lukisannya akan kagum dan terpukau. Pada saat Sultan Tahlilullah sedang bekunjung ke kampung Lok Gabang, sultan melihat hasil lukisan Muhammad Arsyad yang masih berumur 7 tahun. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan. Di istana, Muhammad Arsyad tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan hormat kepada yang lebih tua. Seluruh penghuni istana menyayanginya dengan kasih sayang. Sultan sangat memperhatikan pendidikan Muhammad Arsyad, karena sultan mengharapkan Muhammad Arsyad kelak menjadi pemimpin yang alim. [sunting sunting sumber] Ia mendapat pendidikan penuh di Istana sehingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian ia dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut.[10] Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muhammad Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta. Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya. Deraian air mata dan untaian doa mengiringi kepergiannya. Syekh yang disebutkan terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muhammad Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan kedudukan sebagai khalifah. Selain itu guru-guru Muhammad Arsyad yang lain seperti Syekh Ahmad bin Abdul Mun'im ad Damanhuri, Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az Zabidi, Syekh Hasan bin Ahmad al Yamani, Syekh Salm bin Abdullah al Basri, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh Abdullah bin Hijazi asy Syarqawy, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz al Maghrabi, Syekh Abdurrahamn bin Sulaiman al Ahdal, Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin al Fathani, Syekh Abdul Gani bin Muhammad Hilal, Syekh Abis as Sandi, Syekh Abdul Wahab at Thantawy, Syekh Abdullah Mirghani, Syekh Muhammad bin Ahmad al Jauhari, dan Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaludin Aceh. Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu di Maekkah dan Madinah, timbulah niat untuk menuntut ilmu ke Mesir. Ketika niat ini disampaikan dengan guru mereka, Syekh menyarankan agar keempat muridnya ini untuk pulang ke Jawi Indonesia untuk berdakwah di negerinya masing-masing. Menikahkan anak[sunting sunting sumber] Sebelum pulang, keempat sahabat sepakat untuk berhaji kembali di Tanah Suci Mekkah. Pada saat itu tanpa disangka-sangka Syekh Muhammad Arsyad bertemu dengan adik kandung dia yaitu Zainal Abidin bin Abdullah yang sedang menunaikan ibadah haji. Sang adik membawa kabar berita bahwa anak dia yaitu Fatimah sudah beranjak dewasa dan sang anak menitipkan cincin kepada dia. Melihat hal demikian, tiga sahabat Syekh Muhammad Arsyad masing-masing mengajukan lamaran untuk memperisteri anak dia. Setelah berpikir lama, Syekh Muhammad Arsyad memeutuskan untuk mengundi, lamaran yang akan diterima. Hasil pengundian ternyata lamaran Syekh Abdul Wahab Bugis yang diterima. Untuk itu diadakahnlah ijab kabul pernikahan antara Syekh Abdul Wahab Bugis dengan Fatimah binti Syekh Muhammad Arsyad, yang dinikahkan langsung oleh Syekh Muhammad Arsyad sambil disaksikan dua sahabat lainnya. Membetulkan arah kiblat masjid[sunting sunting sumber] Maka bertolaklah keempat putra Nusantara ini menuju kampung halaman. Memasuki wilayah Nusantara, mula-mula mereka singgah di Sumatera yaitu di Palembang, kampung halaman Syekh Abdussamad Al Falimbani. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Betawi, yaitu kampung halaman Syekh Abdurrahman Misri. Selama di Betawi, Syekh Muhammad Arsyad diminta menetap sebentar untuk mengajarkan ilmu agama dengan masyarakat Betawi. Salah satu peristiwa penting selama di Betawi adalah ketika Syekh Muhammad Arsyad membetulkan arah kiblat Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Masjid Jembatan Lima menuliskan di atas batu dalam aksara arab melayu tulisan jawi yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25 derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H. Seelah dirasa cukup, maka Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Abdul Wahab Bugis berlayar menuju kampung halaman ke Martapura, Banjar. Tiba di kampung halaman[sunting sunting sumber] Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muhammad Arsyad di kampung halamannya, Martapura, pusat Kesultanan Banjar pada masa itu. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh SultanTahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintahKesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan Tahmidullah II menyambut kedatangan dia dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama "Matahari Agama" yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan Banjar. Aktivitas dia sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultan pun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang alim lagi waraâ[12]. Selama hidupnya ia memiliki 29 anak dari tujuh isterinya.[13] Hubungan dengan Kesultanan Banjar[sunting sunting sumber] Pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh Sultan. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat Hukum Fiqh, yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin. Pengajaran dan bermasyarakat[sunting sunting sumber] Makam Datu Kalampayan yang sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam diKalimantan Selatan. Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian semacam pesantren bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam Pagar. Di samping mendidik, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara Dan juga dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam. Karya-karyanya[sunting sunting sumber] Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah KitabSabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, di antaranya ialah[14] Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh, Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat, Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri, Kitabul Fara-idl, hukum pembagian warisan. Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah. Sumber
pemugarankompleks-datu-kelampayan-makam-direhab-akses-jalan-dibuka
BANJARBARU - Dari sekian koleksi mengenai Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, ada juga buku riwayat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Buku ini menceritakan tentang riwayat Syekh Muhammad Arsyad Albanjari sejak remaja hingga menuntut ilmu di Makkah dan Madinah sampai kembali ke tanah air, kemudian mengajarkan ilmu agama dan menjadi seorang ulama terkenal. Pada buku ini juga diceritakan tentang istri dan keturunannya. Kitab ini ditulis oleh Abdurahman Siddiq Bin Muhammad Afif Al Banjari, seorang Mufti Kerajaan Indragiri Riau Tahun 1349 H. "Kitab ini didapat dari Margasari ulu, Tapin. Nomor inventaris 6004," ucap staf seksi koleksi dan konservasi museum lambung Mangkurat, Zaelani. Baca Inilah Naskah Asli Kitab Sabilal Muhtadin, Ditaburi Cengkih Bila Disentuh Ini yang Terjadi Baca Pedangdut Cantik Ini Akui Gunakan Mistis Dayak untuk Tetap Eksis, Pakai Susuk Hingga Mandi Bungas Baca Polisi di Kapuas Ini Merangkap Dukun, Begini Cara Uniknya Sembuhkan Penyakit Kulit Warga Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau dikenal sebagai Datu Kelampayan ulama besar dan pengembang ilmu pengetahuan dan agama. Hampir seluruh ulama di Banjarmasin masih memiliki tautan dengannya. Baik sebagai keturunan atau muridnya. Sebut saja nama almarhum KH Zaini Abdul Ghani, yang dikenal dengan nama Guru Sekumpul itu adalah keturunan Syekh Muhammad Arsyad. Hampir semua ulama di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Malaysia, pernah menimba ilmu dari beliau. Baca Terungkap dari Ekspose KPK, Aliran Dana Gratifikasi Bupati Rita Widyasari Ternyata Dibelikan Ini Baca Wanita PNS Nunukan Ini Heran Dilabrak Biduan Selingkuhan Suaminya, Ternyata Minta Diizinkan Nikah Ulama ini memiliki nama lengkap Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah Abu Bakar Al-Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah Syaikh bin Sayid Abdullah Al-âAidrus bin Sayid Abu Bakar As-Sakran bin Saiyid Abdur Rahman As-Saqaf bin Sayid Muhammad Maula Dawilah Al-âAidrus. Silsilahnya kemudian sampai pada Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah. Beliau dilahirkan di Desa Lok Gabang, Kabupaten Banjar pada 17 Maret 1710 dan meninggal dunia di Dalam Pagar, Kabupaten Banjar pada 13 Oktober 1812. Makamnya berada di Desa Kalampayan Tengah, Kecamatan Astambul, Martapura. kurniawan
NEWSVIDEO : KH Maâruf Amin Ziarah Ke Makam Syekh Muhammad Arsyad Albanjary atau Datu Kelampayan. NEWS VIDEO : KH Maâruf Amin Ziarah Ke Makam Syekh Muhammad Arsyad Albanjary atau Datu Kelampayan. Senin, 1 Agustus 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com;
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Datuâ Kalampaian atau Datuâ Kalampayan 1710â1812 Masehi/ 1122-1227 hijriyah adalah seorang ulama besar dan kharismatik sekaligus mufti dari Kesultanan Banjar yang pusat pemerintahannya sekarang masuk dalam wilayah Propinsi Kalimantan Selatan Dakwah dan jasa-jasa Sidin beliau ; bhs Banjar dalam meletakkan dasar-dasar hukum fiqih, ilmu tauhid, tasawuf, hadits, tafsir, ilmu falak dan yang lainnya di lingkungan kekuasaan Kesultanan Banjar melalui karya-karya besar, fenomenal dan tentunya bermanfaat bagi umat yang diyakini berjumlah sekitar 17 kitab, beberapa diantaranya bahkan masih menjadi rujukan bagi para santri di seluruh pelosok nusantara bahkan Asia itu menjadikan beliau salah satu sosok teladan dan panutan bagi umat Islam tidak hanya di Kalimantan Selatan saja, tapi juga di berbagai wilayah bekas kekuasaan Kesultanan Banjar bahkan di seputar wilayah Asia Tenggara, sehingga oleh umat beliau sering digelari dengan sebutan Tuan Haji Besar. Datuâ Kalampayan yang juga dikenal dengan nama lengkap Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan ulama berpengaruh yang masih keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao Kesultanan Maguindanao yang lahir di Lok Gabang, Astambul, Kabupaten Banjar dan besar di daerah Dalam Pagar, Martapura. Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tersebut. Masjid Sabilal Muhtadin, Banjarmasin kaekaha Salah satu karya fenomenal beliau yang paling dikenal umat adalah Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din yang secara umum diartikan sebagai âJalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Kitab yang ditulis pada tahun 1779 M 1193 H pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah ini merupakan kitab fikih yang populer dalam Madzhab Syafi'i. Sebagai bentuk penghormatan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan terhadap jasa-jasa beliau, nama besar Sidin diabadikan pada Universitas Islam Kalimantan UNISKA Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, selain itu judul dari salah satu kitab karya Sidin yang paling populer, Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din diabadikan menjadi nama masjid termegah dan terbesar simbol dialektika budaya masyarakat Kalimantan yang menjadi salah satu landmark terbaik Kota 1000 Sungai yang lokasinya persis di jantung Kota Banjarmasin, Masjid Sabilal Muhtadin. Kitab Sabilal Muhtadin Biografi singkat Datuâ KalampaianPada usia 7 tahun, Muhammad Arsyad kecil diminta Sultan Tahlilullah untuk tinggal di istana, untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan yang kelak ikut membentuk kepribadiannya yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan selalu hormat kepada yang lebih tua. Kepribadian unggul yang telah nampak sejak dini ini, membuat Sultan Tahlilullah dan semua penghuni istana menyayanginya dan memberikan kasih sayang terbaik. Bahkan, demi harapan untuk mempersiapkan Muhammad Arsyad sebagai pemimpin yang alim, Sultan memberikan fasilitas pendidikan penuh kepada Muhammad Arsyad sampai umur 30 usia 30 tahun, Muhammad Arsyad di jodohkan oleh Sultan Tahlilullah dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut. Ketika istrinya hamil muda, Muhammad Arsyad dikirim ke tanah suci Mekkah untuk tugas belajar, oleh Suktan ke-15 Kesultanan Banjar, Sultan Tahmidullah 1700-1745. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
. 437 93 275 4 6 360 438 423
silsilah datu kelampayan ke bawah